Braaak! Jendela tua itu
tertutup dengan sendirinya angin malam yang dingin memilukan
tulang-tulangku.Tirai jendela berkibar-kibar seakan-akan menertawakan
ketakutanku.
Kupandang cermin yang terpalang
dengan anggun dihadapanku. Mata itu..., bibir itu...,hidung
itu...,hmmm...semuanya masih normal. Mereka masih milikku seperti sebelumnya.
Tapi, sepertinya ada sesuatu yang berubah.Kutatap cermin itu sekali lagi.
Wajahku terlihat sangat pucat dalam cahaya lilin yang mulai meredup. Aku baru
menyadari betapa takutnya aku.
Kusandarkan punggungku ke dinding.
Kupandangi sekelilingku. Rumah tua ini sangat asing bagiku. Entah bagaimana aku
bisa berada di sini.Yang terakhir kuingat adalah mobil yang aku tumpangi masuk
ke dalam jurang. Tetapi untunglah aku dan ketiga temanku (Alex,Valeryan dan
Angel) berhasil melompat keluar. Aku masih ingat bagaimana aku dan Angel
berguling-guling di atas tanah yang lembab dan dingin. Aku tak melihat kedua
temanku yang lain. Mereka melompat ke arah yang berlawanan dengan kami.
Kemudian...ah, tidak! Aku tak bisa mengingat lagi. Tiba-tiba saja aku terbangun
dan berada di rumah tua ini.
Hmmm...andai saja sekarang ini aku
nggak sendirian . Aku benar-benar berharap ada orang lain di sini. Angel....Ya,
Tuhan, andaikan saja dia ada di sini....
Kurapatkan tanganku. Sepertinya tak
ada cara lain yang dapat kulakukan selain berdoa. Aku berharap mimpi buruk ini
segera berakhir dan digantikan oleh hari-hari ceria yang dulu kumiliki.
Aku benar-benar bersyukur karena aku
masih hidup.Ya... paling tidak aku masih bisa hidup. Tapi...bagaimana dengan
teman-temanku dan kekasihku? Kuharap ketika kubuka mataku, aku akan melihat
mereka didepanku dan semua ini.....Ya, Tuhan, andaikan semua ini hanya
mimpi.....
Niickoooo, suara itu
mengejutkanku.sepertinya aku sangat mengenal suara itu.Pintu terbuka dan ia pun
masuk.Dalam cahaya lilin yang redup aku masih bisa melihat wajahnya yang
cantik. Angel! Ya, Tuhan, betapa leganya aku! Angel tersenyum dengan wajah yang pucat aku langsung memeluknya.
Kurasakan tubuhku menghangat dan
darahku mulai mengalir. Kutatap wajah Angel yang begitu cantik seakan-akan aku
tak akan membiarkannya pergi dari sisiku.
“NC kamu tidak apa-apa?” tanyanya sambil menatapku.
Aku menggeleng.
Aku baru menyadari kalau jaket
berwarna merah yang sejak tadi menyelimutiku adalah jaket kesayangan Angel.
Kalau begitu orang yang menyelamatkanku dan membawaku ke rumah tua ini adalah
Angel kekasihku.
“Angel, thanks !”
Dia hanya tersenyum penuh arti.
“Gimana Alex sama Valeryan ?” Tiba-tiba aku teringat kepada kedua temanku itu.
Entahlah, aku belum bisa menemukan
mereka, tapi sepertinya mereka baik-baik saja,”Angel menjawab dengan tenang.
“Gimana kamu bisa tahu?”tanyaku.
“Feeling,”jawabnya sambil memamerkann lesung
pipinya. Angel memang selalu begitu, mengandalkan feeling-nya dalam menentukan
sesuatu. Tapi harus akuakui kalau feeling-nya memang sering benar.Aku menjadi
lebih tenang sekarang.
Pandanganku tertuju ke ujung ruangan.
Tak ada apapun di sana selain tumpukan debu. Tumpukan debu yang tak bisa
berbuat apa pun ketika angin menerbangkannya. Sama seperti aku. Aku tak bisa
berbuat apa pun sekarang, selain menunggu dan berharap.
Tiba-tiba Angel mencium keningku dan “I love
you NC !”Tiba-tiba Angel membisikkannya di telingaku.
Aku menoleh kearahnya, tapi aku tak bisa
menemukan siapa pun.”Angel !”. Kualihkan pandanganku ke setiap ujung ruangan. Aku
masih tak bisa menemukannya.Aku memanggil namanya “Angel....Angel di mana kamu
sayang?”. Mungkin dia keluar sebentar, pikirku. Tapi mana mungkin secepat itu?
Seluruh tubuhku menggigil.Entah apa
yang harus kulalukan sekarang .Andaikan Angel masih di sini.Andai dia tak
menghilang secepat itu.Andai....ah, sudahlah, yang penting sekarang aku akan
mencari Angel dan teman-temanku.
Kulirik jam tanganku. Pukul 03.00
WIB.Mungkin aku bisa menginap di rumah penduduk dekat sini. Semoga saja ada
manusia yang terjaga di pagi sebuta ini. Kukemasi barang-barangku dan jaket
merah milik Angel.
“Tok....tok....tok....” terdengar suara pintu
menjerit karena di pukul orang.Siapa? tanyaku dalam hati apa mungkin Angel
kembali.Atau mungkin Alex apa Valeryan.
Braaak!! Pintu di buka dengan paksa.
Seorang pria setengah baya menatapku dalam-dalam.Kemudian di belakangnya, dua
wajah yang amat aku kenal, Alex dan Valeryan. Tak dapat aku sembunyikan
kegembiraanku. Kuhampiri Alex dan Valeryan . segaris luka bertengger di dahi
dan di pipi mereka.
“Kami sudah mencari kemana-mana,” kata Alex.
“Untunglah Pak Kades mau membantu,” katanya lagisambil menunjuk pria setengah
baya itu.
Raut wajah Valeryan berubah ketika
melihat jaket merah milik Angel yang menyelimuti tubuhku.
"Kalian ketemu sama Angel, nggak?” tanyaku.
“NC....Angel.....”Valeryan menghela
nafas.”Jenazahnya ditemukan di lokasi kejadian.”
No comments:
Post a Comment