Wednesday, September 4, 2013

Xing Hermina: IT’S LOVE - By: @LinaFolevel

“Ahh .. Dingin sekali. Bodoh, ini sedang musim dingin.. Kenapa juga aku yang harus mengepel lantai kelas 3-B itu?” Kesal Selva sambil membersihkan alat pel  di kamar mandi umum

“Karna tadi kau muntah di depan kelas itu” Selva menoleh kearah suara, tampak seorang laki laki yang sedang mencuci tangannya pada kran air tapi tampaknya bukan seperti mencuci, Hanya.. Mencipratkan ke jari jarinya saja

“Tapi itu bukan salahku, tadi itu ada…” Mata Selva menangkap sebuah bola sepak yang akhirnya jatuh pada

“Brrrr~ ga..gawat, aku bis..a mati ke..dingi..nan” Lelaki itu menggigil bagai kucing terkena air cucian.

‘Astaga! Kasian sekali’ Selva mengambil sapu tangan yang berada di sakunya dan memberikannya pada lelaki itu

“Pakai ini, Melihatmu seperti ini.. ckckck” Selva menggeleng-gelengkan kepalanya sambil melihat papan nama yang dipakai lelaki itu ‘Hmm.. Jadi namanya Xing’ Batin Selva

“Te..Terima kasih HATCHIN!! Ma..af kaget ya?” Xing, lelaki itu menyemburkan bersinnya tepat dihadapan wajah Selva. Sedangkan Selva? Ia berwajah merah padam sekarang dengan tangan yang mengepal dan menarik napas panjang lantas menghembuskannya pelan

“Enggak kok..” Dusta Selva dengan memamerkan senyuman yang dipaksa “Syukurlah.. Teman-temanku kalau aku bersin selalu saja ngomel. Oh ya makasih sapu tangannya, tertolong banget deh” Ucap Xing dengan wajahnya yang seperti kucing manis.

“Ngapain disini? Ayo main ke tempat Val!” Thom muncul dari balik pintu kamar mandi umum.  Ia menarik Xing keluar dari tempat itu “Eh.. Tunggu! Sapu tanganku! Hey!” Teriak Selva dari dalam kamar mandi


“Hei Lina! Lihat deh. Hari ini Selva terlihat lebih galak dari biasanya… Tatapan matanya menakutkan” Minki yang melihat Selva sedang duduk tak nyaman di bangkunya “Selva…  Kalau wajahmu seperti itu nanti  banyak yang salah paham lho. ‘Kan cuma sapu tangan..” Nasehat Minki

“TIDAK! Itu barang pentingku… Hiks” Tak disangka, wajah yang sebelumnya suram sekarang menunjukkan kesedihan “Yah.. Dia nangis cup.. cup..” Minki dan Lina mulai menenangkan Selva yang semakin menjadi jadi.
Selva mulai menceritakan ceritanya tentang sapu tangan itu sambil tersedu-sedu

^Flashback^

Selva sering disangka dingin oleh semua orang. Tapi sebenarnya ia adalah orang yang kesepian dan cengeng

‘Hiks..hikss.. Ko Alex’ Selva menangis sambil menekuk kedua belah lututnya dan menenggelamkan kepalanya disana

“Nih.. Pakai ini, Ayo silahkan dipakai” Ucap seorang lelaki menyodorkan sebuah sapu tangan

“Nggak usah, nanti sapu tanganmu kotor” Selva menghapus kasar air mata dengan tangannya, tapi ia tidak melihat dengan jelas siapa yang mengajaknya berbica itu

“Nggak apa apa, ini gunanya sapu tangan, kan?” Tanya lelaki itu

“Ma..Makasih” Selva mengambil sapu tangan itu dan mengelap air matanya, Saat ingin mengembalikan kepada si empu “Eh? Kemana dia?”

^Flashback off^

“Karna aku tidak melihat wajahnya, Jadi aku masih belum mengembalikannya” Ucap Selva kesal

“Jangan dipinjamkan kalau memang barang berhargamu..” Balas Lina menyandarkan punggungnya kearah kursi yang ia duduki

“Habisnya sapu tanganku sendiri ada di dalam jaket. Aku gak bisa membiarkannya begitu saja.. Dia tampak kedinginan.  Kalau begini jadinya lebih baik tidak kupinjamkan.. Xing bodoh” Gerutu Selva menendang kaki seseorang

“Aww!! Kau yang bodoh! Kenapa kakiku yang kau tendang!” Kesal Minki

“Ehh sorry” kata Selva

“Tunggu, kau bilang kak Xing?” Lina yang sedari tadi diam mulai angkat bicara

“Iya, Emang siapa dia? Kau mengenalnya?” Tanya Selva antusias

“Dia kan panitia buku tahunan, Dia kelas 3-B hmm.. Bagaimana kau ini? Orang yang terkenal dan setampan dia kau tak tau” Jawab Minki protes

“Diamlah! Hmm.. kelas 3-B? Baiklah” tersirat senyuman menakutkan dari Selva dan ia beranjak dari tempat duduknya

“Mau kemana? Hei!! Tak berterima kasih” Ucap Lina dan Minki yang entah mengapa ucapan merekakembar’

“Cuma ke kantin” balas Selva


Keesokan harinya..

“Xing! Kembalikan sapu tanganku” Gadis itu. Selva. Nekat masuk ke dalam kelas 3-B. yang notabene-nya adalah kelas di atasnya. Tanpa ada embel-embel menghormati kelas atasnya dengan sebutan ‘kak’
Benar. Selva adalah adik kelas Xing. Duduk di kelas 2-C. Mungkin C adalah kelas favorit terakhir, tetapi Selva bisa saja setara dengan Gita, anak kelas 2-A.

“Hey! Stop stop.. Ada masalah apa adik kecil?” Thom merasa obrolannya terganggu karena datangnya Selva tanpa tata krama sebagai adik kelas. Ia memposisikan tangan kanannya menyentuh dinding kelas sedang tangan yang satunya berkacak pinggang.
Selva mengacuhkan Thom “Xing!!” teriak Selva

“Ahh .. siapa disana? Hoamm” Selva melihatnya. Xing, lelaki itu baru bangun dari dunia mimpinya di tempat yang terbuat dari kayu – Bangku –

Ia melangkah cepat menuju sasarannya. Sedangkan Thom hanya menautkan alisnya “ Sapu tanganku” Pinta Selva mengadahkan satu tangannya

“Oh .. Sebentar” Xing memasukkan tangannya ke saku “Ah.. permen. Mau? Sapu tanganmu ketinggalan di rumah” Selva kesal dibuatnya. Ia mengambil permen itu. Anak-anak kelas 3-B melihat bingung kearah Selva dan dibuatnya tergugup “Ka..Kalau begitu besok harus kau bawa!”

Sesaat di ambang pintu “Terima kasih buat permennya” dan melangkah pergi.

“KEMARIN AKU BENAR-BENAR SENANG. TERIMA KASIH SUDAH BERBAIK HATI, YA!” Teriakan Xing lumayan keras cukup menghentikan langkah kaki Selva

"padahal aku hanya meminjamkan sapu tangan. Tapi dia sesenang itu’

“Ahh sudahlah”


Lagi. Esok harinya Selva melangkahkan kakinya menuju kelas 3-B. Tetapi ditengah jalan menuju kelas 3-B, ia mendengar bunyi shutter di semak-semak.

“Pas! Lucky banget” Ucap seorang di tengah kumpulan semak tersebut.
Selva mendekat “Itu .. Xing. Eh! Kak Xing apa yang ka..” Xing menarik Selva ke dalam semak-semak “Stt.. Diam” Xing membekap mulut Selva dan hanya dibalas dengan anggukan kecil

‘Sebenarnya apa siih yang dia lihat?’

Selva menajamkan penglihatannya “Ngi.. Mengintip orang berpacaran itu perbuatan terlarang!! Orang macam apa kau!?” Selva agak menjauhkan posisi awalnya.

“Jangan salah sangka. Ini ada alasannya kok” Xing menghentikan aktivitasnya

“Sudahlah aku gak tertarik dengan yang begituan”

“Tenang dulu.. Bukan hal mesum kok, nih” Xing memberikan kameranya pada Selva

Selva melihat foto hasil jepretan Xing. Banyak foto-foto di dalamnya

‘Benar. Malah semua fotonya bagus-bagus’

“Aku sedang mengumpulkan bahan karena aku termasuk panitia buku tahunan. Begitu.. “ Jelas Xing

Dan Selva hanya ber’OH’ria. Tampak senyuman mengembang dari sudut bibirnya “Aku bisa dibilang sejago seorang pro, kan!?” Celetuk Xing

Selva menggaruk asal tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal “Humpp.. Entahlah, aku gak ngerti mana foto bagus dan biasa” Selva menghela nafas sebentar “Tapi... ekspresi semuanya terlihat bagus”

Xing mengangguk “A... Aku enggak menyangka bakal dipuji”

Wajah Xing memerah, sedangkan Selva yang melihatnya tertawa “Hahaha.. Wahjahmu memerah. Lucu sekali”

Bunyi shutter kembali terdengar sesaat Selva sedang tertawa lepas “Ng.. Manis juga” Xing tersenyu melihat hasil jepretannya

“Hapus! Aku enggak suka difoto!” Kesal Selva berusaha merebut Kamera digital dari tangan Xing

“Kenapa? Padahal manis banget lho”

“Terserah.. Cepat kembalikan sapu tanganku!” Lagi-lagi Selva meminta sapu tangannya pada Xing. Tapi tangannya langsung digenggam oleh lelaki itu “Besok lagi ya dadah ..” Xing berlari pergi meninggalkan wanita tersebut. Selva hanya melongos

‘Rasanya beda, sentuhannya..’

“Aishhh.. Apa yang kau fikirkan Selva!! Jangan sampai otak brilliant-mu ini error”


Selva berjalan beriringan dengan Lina dan Minki. Terkadang mereka tertawa bersama juga saling mengejek 

“Sel, Sapu tanganmu sudah dikembalikan?” Tanya Lina
Selva hanya menggeleng pelan
Masa udah kesekian kalinya gagal terus sih?” Tanya Minki bingung

“besok aku ketempat kak  Xing lagi deh. Tenang aja” Selva memberikan Lina dan Minki 2 jempol tangannya dengan sedikit berlari mendahului kedua temannya

“Mana bisa..Besok anak kelas 3 kan sudah enggak masuk” Ucap Lina dan ditambah lagi dengan Minki “UN pun sudah selesai kan?”

‘Hmm.. benar juga. Dia sudah kelas 3 dan sebentar lagi dia lulus’

Minki yang berjalan melihat bawah tertabrak tubuh Selva yang sebelumnya tengah diam “Kamu kenapa sih Sel? Di kelas diem, dijalan juga diem. Hati-hati kesambet aja” Saut Lina menggenggam lengan Minki yang hampir jatuh

Minki kembali berdiri tegak dan mengangguk setuju pada Lina. Kembali mereka berjalan dengan beriringan

“Eh? Enggak. Enak ya jadi kelas 3. Bisa tidur sampai siang. Gak mikir pelajaran lagi” Celetuk Selva asal

“Sel, aku sama Minki duluan ya. Bye..” Lina dan Minki berbelok di tikungan setelah ber-say hello pada Selva dan dibalas dengan seciul senyuman dari Selva

Selva kembali berjalan sambil menyemangati dirinya “Syukurlah ini terjadi sebelum aku mulai serius padanya.. Karena.. Menyukai orang yang sebentar lagi akan pergi hanya akan membuat hati sakit.. Tenang saja Selva. Sampai upacara kelulusan nanti, aku tidak perlu berhadapan muka dengannya...”


Hari yang baru. Tanpa ada ocehan kelas 3 yang biasanya berada di kawasan sekolah. Selva memasuki kamar mandi umum, tempat ia dan Xing pertama kali bertemu

“Dia itu... Benar-benar bodoh, ya.. Coba masih ada waktu satu tahun lagi” Tiba-tiba terdengar kembali suara shutter ‘Bunyi rana ini..’

Selva menoleh kebelakang. Tepat di hadapannya Xing sedang ingin mengambil fotonya lagi. Entah mulai kapan Selva sudah memeluk Xing

Selva bertanya “Kenapa kau bisa disini!?”

“Aku kan panitian buku tahunan, hari ini ada guru yang memanggil. Jadi..” Ucapan Xing terpotong setelah Selva berbicara “Padahal sebentar lagi kau sudah mau lulus. Kenapa kau baru mendekatiku sekarang!?”
Selva melepas pelukannya, Ia menangis “Maaf” Ucapnya

“Maaf disaat sebentar lagi aku mau lulus..Tapi, kurasa aku akan menyesal kalau tidak berbuat apa apa. Kelas dan lantai ruangan kita berbeda. Enggak ada kesempatan untuk mengenalmu... Makanya saat sadar kau ada didekatku waktu itu.. Aku memutuskan bahwa inilah saatnya” Xing tertunduk malu mengucapkan hal yang bukan dirinya. Lebih tepatnya dianggap seperti ‘Bull Shit’

Atmosfer di sana tiba-tiba menjadi berubah. Hanya hening yang tercipta. Bagai banjir bandang yang datang tanpa permisi. Selva kembali terisak dalam diam

“Mau pakai sapu tangan-ku?” Saut Xing memberi sebuah sapu tangan yang jejati-nya milik Selva

“I..Itu-kan punyaku. Dasar!” selva memukul pelan lengan Xing sekemudian itu pula mereka tersenyum, mengubah atmosfer di antara mereka

Selva kembali diam. Ia terlihat sedang berfikir “Tapi.. Bagaimana dengan..” Ucapan Selva terhenti oleh Xing yang seperti tau akan maksud ucapan Selva “ I will be waiting”


END

No comments:

Post a Comment