“Ahh .. Dingin sekali. Bodoh, ini
sedang musim dingin.. Kenapa juga aku yang harus mengepel lantai kelas 3-B
itu?” Kesal Selva sambil membersihkan alat pel
di kamar mandi umum
“Karna tadi kau muntah di depan kelas
itu” Selva menoleh kearah suara, tampak seorang laki laki yang sedang mencuci
tangannya pada kran air tapi tampaknya bukan seperti mencuci, Hanya..
Mencipratkan ke jari jarinya saja
“Tapi itu bukan salahku, tadi itu
ada…” Mata Selva menangkap sebuah bola sepak yang akhirnya jatuh pada
“Brrrr~ ga..gawat, aku bis..a
mati ke..dingi..nan” Lelaki itu menggigil bagai kucing terkena air cucian.
‘Astaga! Kasian sekali’ Selva
mengambil sapu tangan yang berada di sakunya dan memberikannya pada lelaki itu
“Pakai ini, Melihatmu seperti
ini.. ckckck” Selva menggeleng-gelengkan kepalanya sambil melihat papan nama
yang dipakai lelaki itu ‘Hmm.. Jadi namanya Xing’ Batin Selva
“Te..Terima kasih HATCHIN!!
Ma..af kaget ya?” Xing, lelaki itu menyemburkan bersinnya tepat dihadapan wajah
Selva. Sedangkan Selva? Ia berwajah merah padam sekarang dengan tangan yang
mengepal dan menarik napas panjang lantas menghembuskannya pelan
“Enggak kok..” Dusta Selva dengan
memamerkan senyuman yang dipaksa “Syukurlah.. Teman-temanku kalau aku bersin
selalu saja ngomel. Oh ya makasih sapu tangannya, tertolong banget deh” Ucap
Xing dengan wajahnya yang seperti kucing manis.
“Ngapain disini? Ayo main ke
tempat Val!” Thom muncul dari balik pintu kamar mandi umum. Ia menarik Xing keluar dari tempat itu “Eh..
Tunggu! Sapu tanganku! Hey!” Teriak Selva dari dalam kamar mandi
“Hei Lina! Lihat deh. Hari ini Selva
terlihat lebih galak dari biasanya… Tatapan matanya menakutkan” Minki yang
melihat Selva sedang duduk tak nyaman di bangkunya “Selva… Kalau wajahmu
seperti itu nanti banyak yang salah
paham lho. ‘Kan cuma sapu tangan..” Nasehat Minki
“TIDAK! Itu barang pentingku…
Hiks” Tak disangka, wajah yang sebelumnya suram sekarang menunjukkan kesedihan
“Yah.. Dia nangis cup.. cup..” Minki dan Lina mulai menenangkan Selva yang
semakin menjadi jadi.
Selva mulai menceritakan
ceritanya tentang sapu tangan itu sambil tersedu-sedu
^Flashback^
Selva sering disangka dingin oleh
semua orang. Tapi sebenarnya ia adalah orang yang kesepian dan cengeng
‘Hiks..hikss.. Ko Alex’ Selva
menangis sambil menekuk kedua belah lututnya dan menenggelamkan kepalanya
disana
“Nih.. Pakai ini, Ayo silahkan
dipakai” Ucap seorang lelaki menyodorkan sebuah sapu tangan
“Nggak usah, nanti sapu tanganmu
kotor” Selva menghapus kasar air mata dengan tangannya, tapi ia tidak melihat
dengan jelas siapa yang mengajaknya berbica itu
“Nggak apa apa, ini gunanya sapu
tangan, kan?” Tanya lelaki itu
“Ma..Makasih” Selva mengambil
sapu tangan itu dan mengelap air matanya, Saat ingin mengembalikan kepada si
empu “Eh? Kemana dia?”
^Flashback
off^
“Karna aku tidak melihat
wajahnya, Jadi aku masih belum mengembalikannya” Ucap Selva kesal
“Jangan dipinjamkan kalau memang
barang berhargamu..” Balas Lina menyandarkan punggungnya kearah kursi yang ia
duduki
“Habisnya sapu tanganku sendiri
ada di dalam jaket. Aku gak bisa membiarkannya begitu saja.. Dia tampak
kedinginan. Kalau begini jadinya lebih
baik tidak kupinjamkan.. Xing bodoh” Gerutu Selva menendang kaki seseorang
“Aww!! Kau yang bodoh! Kenapa
kakiku yang kau tendang!” Kesal Minki
“Ehh sorry” kata Selva
“Tunggu, kau bilang kak Xing?” Lina
yang sedari tadi diam mulai angkat bicara
“Iya, Emang siapa dia? Kau
mengenalnya?” Tanya Selva antusias
“Dia kan panitia buku tahunan,
Dia kelas 3-B hmm.. Bagaimana kau ini? Orang yang terkenal dan setampan dia kau
tak tau” Jawab Minki protes
“Diamlah! Hmm.. kelas 3-B?
Baiklah” tersirat senyuman menakutkan dari Selva dan ia beranjak dari tempat
duduknya
“Mau kemana? Hei!! Tak berterima
kasih” Ucap Lina dan Minki yang entah mengapa ucapan mereka ‘kembar’
“Cuma ke kantin” balas Selva
Keesokan harinya..
“Xing! Kembalikan sapu tanganku”
Gadis itu. Selva. Nekat masuk ke dalam kelas 3-B. yang notabene-nya adalah
kelas di atasnya. Tanpa ada embel-embel menghormati kelas atasnya dengan
sebutan ‘kak’
Benar. Selva adalah adik kelas
Xing. Duduk di kelas 2-C. Mungkin C adalah kelas favorit terakhir, tetapi Selva
bisa saja setara dengan Gita, anak kelas 2-A.
“Hey! Stop stop.. Ada masalah apa
adik kecil?” Thom merasa obrolannya terganggu karena datangnya Selva tanpa tata
krama sebagai adik kelas. Ia memposisikan tangan kanannya menyentuh dinding
kelas sedang tangan yang satunya berkacak pinggang.
Selva mengacuhkan Thom “Xing!!”
teriak Selva
“Ahh .. siapa disana? Hoamm”
Selva melihatnya. Xing, lelaki itu baru bangun dari dunia mimpinya di tempat
yang terbuat dari kayu – Bangku –
Ia melangkah cepat menuju
sasarannya. Sedangkan Thom hanya menautkan alisnya “ Sapu tanganku” Pinta Selva
mengadahkan satu tangannya
“Oh .. Sebentar” Xing memasukkan tangannya
ke saku “Ah.. permen. Mau? Sapu tanganmu ketinggalan di rumah” Selva kesal
dibuatnya. Ia mengambil permen itu. Anak-anak kelas 3-B melihat bingung kearah
Selva dan dibuatnya tergugup “Ka..Kalau begitu besok harus kau bawa!”
Sesaat di ambang pintu “Terima
kasih buat permennya” dan melangkah pergi.
“KEMARIN AKU BENAR-BENAR SENANG.
TERIMA KASIH SUDAH BERBAIK HATI, YA!” Teriakan Xing lumayan keras cukup
menghentikan langkah kaki Selva
"padahal
aku hanya meminjamkan sapu tangan. Tapi dia sesenang itu’
“Ahh sudahlah”
Lagi. Esok harinya Selva
melangkahkan kakinya menuju kelas 3-B. Tetapi ditengah jalan menuju kelas 3-B,
ia mendengar bunyi shutter di semak-semak.
“Pas! Lucky banget” Ucap seorang
di tengah kumpulan semak tersebut.
Selva mendekat “Itu .. Xing. Eh!
Kak Xing apa yang ka..” Xing menarik Selva ke dalam semak-semak “Stt.. Diam”
Xing membekap mulut Selva dan hanya dibalas dengan anggukan kecil
‘Sebenarnya
apa siih yang dia lihat?’
Selva menajamkan penglihatannya
“Ngi.. Mengintip orang berpacaran itu perbuatan terlarang!! Orang macam apa
kau!?” Selva agak menjauhkan posisi awalnya.
“Jangan salah sangka. Ini ada
alasannya kok” Xing menghentikan aktivitasnya
“Sudahlah aku gak tertarik dengan
yang begituan”
“Tenang dulu.. Bukan hal mesum
kok, nih” Xing memberikan kameranya pada Selva
Selva melihat foto hasil jepretan
Xing. Banyak foto-foto di dalamnya
‘Benar.
Malah semua fotonya bagus-bagus’
“Aku sedang mengumpulkan bahan
karena aku termasuk panitia buku tahunan. Begitu.. “ Jelas Xing
Dan Selva hanya ber’OH’ria.
Tampak senyuman mengembang dari sudut bibirnya “Aku bisa dibilang sejago
seorang pro, kan!?” Celetuk Xing
Selva menggaruk asal tengkuknya
yang sebenarnya tidak gatal “Humpp.. Entahlah, aku gak ngerti mana foto bagus
dan biasa” Selva menghela nafas sebentar “Tapi... ekspresi semuanya terlihat
bagus”
Xing mengangguk “A... Aku enggak
menyangka bakal dipuji”
Wajah Xing memerah, sedangkan
Selva yang melihatnya tertawa “Hahaha.. Wahjahmu memerah. Lucu sekali”
Bunyi shutter kembali terdengar
sesaat Selva sedang tertawa lepas “Ng.. Manis juga” Xing tersenyu melihat hasil
jepretannya
“Hapus! Aku enggak suka difoto!”
Kesal Selva berusaha merebut Kamera digital dari tangan Xing
“Kenapa? Padahal manis banget
lho”
“Terserah.. Cepat kembalikan sapu
tanganku!” Lagi-lagi Selva meminta sapu tangannya pada Xing. Tapi tangannya
langsung digenggam oleh lelaki itu “Besok lagi ya dadah ..” Xing berlari pergi
meninggalkan wanita tersebut. Selva hanya melongos
‘Rasanya
beda, sentuhannya..’
“Aishhh.. Apa yang kau fikirkan
Selva!! Jangan sampai otak brilliant-mu ini error”
Selva berjalan beriringan dengan
Lina dan Minki. Terkadang mereka tertawa bersama juga saling mengejek
“Sel,
Sapu tanganmu sudah dikembalikan?” Tanya Lina
Selva hanya menggeleng pelan
Masa udah kesekian kalinya gagal
terus sih?” Tanya Minki bingung
“besok aku ketempat kak
Xing lagi deh. Tenang aja” Selva memberikan Lina dan Minki 2 jempol tangannya
dengan sedikit berlari mendahului kedua temannya
“Mana bisa..Besok anak kelas 3
kan sudah enggak masuk” Ucap Lina dan ditambah lagi dengan Minki “UN pun sudah
selesai kan?”
‘Hmm..
benar juga. Dia sudah kelas 3 dan sebentar lagi dia lulus’
Minki yang berjalan melihat bawah
tertabrak tubuh Selva yang sebelumnya tengah diam “Kamu kenapa sih Sel? Di
kelas diem, dijalan juga diem. Hati-hati kesambet aja” Saut Lina menggenggam
lengan Minki yang hampir jatuh
Minki kembali berdiri tegak dan
mengangguk setuju pada Lina. Kembali mereka berjalan dengan beriringan
“Eh? Enggak. Enak ya jadi kelas
3. Bisa tidur sampai siang. Gak mikir pelajaran lagi” Celetuk Selva asal
“Sel, aku sama Minki duluan ya.
Bye..” Lina dan Minki berbelok di tikungan setelah ber-say hello pada Selva dan
dibalas dengan seciul senyuman dari Selva
Selva kembali berjalan sambil
menyemangati dirinya “Syukurlah ini terjadi sebelum aku mulai serius padanya..
Karena.. Menyukai orang yang sebentar lagi akan pergi hanya akan membuat hati
sakit.. Tenang saja Selva. Sampai upacara kelulusan nanti, aku tidak perlu
berhadapan muka dengannya...”
Hari yang baru. Tanpa ada ocehan
kelas 3 yang biasanya berada di kawasan sekolah. Selva memasuki kamar mandi
umum, tempat ia dan Xing pertama kali bertemu
“Dia itu... Benar-benar bodoh,
ya.. Coba masih ada waktu satu tahun lagi” Tiba-tiba terdengar kembali suara
shutter ‘Bunyi rana ini..’
Selva menoleh kebelakang. Tepat
di hadapannya Xing sedang ingin mengambil fotonya lagi. Entah mulai kapan Selva
sudah memeluk Xing
Selva bertanya “Kenapa kau bisa
disini!?”
“Aku kan panitian buku tahunan,
hari ini ada guru yang memanggil. Jadi..” Ucapan Xing terpotong setelah Selva
berbicara “Padahal sebentar lagi kau sudah mau lulus. Kenapa kau baru
mendekatiku sekarang!?”
Selva melepas pelukannya, Ia
menangis “Maaf” Ucapnya
“Maaf disaat sebentar lagi aku
mau lulus..Tapi, kurasa aku akan menyesal kalau tidak berbuat apa apa. Kelas
dan lantai ruangan kita berbeda. Enggak ada kesempatan untuk mengenalmu...
Makanya saat sadar kau ada didekatku waktu itu.. Aku memutuskan bahwa inilah
saatnya” Xing tertunduk malu mengucapkan hal yang bukan dirinya. Lebih tepatnya
dianggap seperti ‘Bull Shit’
Atmosfer di sana tiba-tiba
menjadi berubah. Hanya hening yang tercipta. Bagai banjir bandang yang datang
tanpa permisi. Selva kembali terisak dalam diam
“Mau pakai sapu tangan-ku?” Saut
Xing memberi sebuah sapu tangan yang jejati-nya milik Selva
“I..Itu-kan punyaku. Dasar!”
selva memukul pelan lengan Xing sekemudian itu pula mereka tersenyum, mengubah
atmosfer di antara mereka
Selva kembali diam. Ia terlihat
sedang berfikir “Tapi.. Bagaimana dengan..” Ucapan Selva terhenti oleh Xing
yang seperti tau akan maksud ucapan Selva “ I will be waiting”
END
No comments:
Post a Comment